Deskripsi
Keris Nogo Siluman Luk 13 Tangguh Mataram Sultan Agung Original
Keris Nogo Siluman Luk 13 Tangguh Mataram Sultan Agung Original – Naga Siluman yang berasal dari bahasa Sansekerta, merupakan salah satu bentuk senjata tradisional Indonesia berupa keris yang paling menakjubkan dan mudah dikenali. Keistimewaan utamanya terletak pada desainnya yang menggambarkan kepala naga dengan detail samar, sementara badan naga menyatu harmonis dengan bilah keris. Sentuhan artistik lainnya termasuk elemen-elemen seperti sraweyan, ri pandan, dan greneng, yang semakin menambah pesona seni keris ini. Mengingat variasi luk yang dimiliki oleh Naga Siluman, penjelasan mengenai jumlah luk sebaiknya disertakan untuk memahaminya lebih baik.
Menurut legenda yang berkembang, dhapur pancer Naga Siluman pertama kali diciptakan oleh Mpu Gebang pada masa pemerintahan Prabu Ciungwanara di Kerajaan Pajajaran, sekitar tahun 1326 M. Salah satu keris pusaka yang terkenal, yaitu Kanjeng Kyai Gandawisa, milik Keraton Kasultanan Yogyakarta, membanggakan dhapur Naga Siluman dengan 13 luk. Keris ini dipercayai memiliki keampuhan luar biasa sesuai dengan namanya, yang bermakna “amat beracun.” Imej yang menakutkan dari naga siluman digambarkan dengan cermat pada keris ini. Untuk mempercantik dan menyembunyikan sisi angker, warangka keris ini terbuat dari kayu trembalo dengan pendok rajawarna yang dipenuhi ratna mutu manikam.
Tidak hanya menjadi benda seni, Keris Naga Siluman, yang dicatat dibuat oleh Panembahan Mangkurat pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono V, memiliki kedudukan sakral di Keraton. Bahkan, keris ini menjadi bagian penting dalam sejarah pangeran terkenal seperti Pangeran Diponegoro. Kisah menarik menceritakan bahwa keris Kiai Nogo Siluman, bersama tombak Kiai Rondhan dan pelana kuda, diberikan kepada Raja Willem I sebagai bukti penaklukan dan penangkapan Pangeran Diponegoro.
Filosofi yang Tersembunyi di Balik Naga Siluman
Membahas tentang Naga seperti meresapi sesuatu yang nyata namun tak terlihat. Dalam berbagai cerita dan seni, Naga muncul sebagai makhluk mitologis dengan wujud yang bervariasi di setiap budaya. Naga Jawa, misalnya, sering digambarkan sebagai sosok pelindung dengan kepala naga yang memakai mahkota, tubuh berdiri seperti huruf S, dan ekor bermotif kembang melati. Dipercayai sebagai penjaga, gambarnya sering diukir pada pintu masuk atau undakan tangga untuk melindungi tempat tinggalnya.
Di sisi lain, kata “Siluman” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki dua arti. Pertama, sebagai nama bagi makhluk halus yang sering menampakkan diri sebagai manusia atau binatang. Kedua, sebagai kata sifat atau kiasan yang mengacu pada sesuatu yang tersembunyi dan tidak terlihat.
Dalam konteks masyarakat Nusantara kuno, upaya menyelaraskan diri dengan alam besar menjadi kunci. Pandangan bahwa apa pun yang ada di alam besar juga ada dalam alam kecil, atau yang dikenal sebagai “Siluman dalam diri,” menciptakan pandangan yang sangat berbahaya. Siluman diri, yang disimbolkan dengan enam rupa atau sad ripu, menjadi musuh internal yang harus diatasi. Keenam rupa tersebut melibatkan hawa nafsu, keserakahan, kemarahan, kebingungan, mabuk, dan iri hati. Mengatasi dan mengarahkan rupa-rupa ini ke jalur positif menjadi kunci untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan berarti.
Jenis : Luk 13
Dhapur : Nogo Siluman
Pamor : Beras Wutah ( Akhyodiat Meteor )
Tangguh : Mataram Sultan Agung
Panjang Bilah : 36,8 cm
Warangka : Ladrang Surakarta
Bahan Warangka : Kayu Cendana Wangi
Pendok : Bunton Ukir Perak Hias Batu Inten
Mendak : Selut Hias Batu Inten
Ulasan
Belum ada ulasan.