Keris Nogo Sosro Sabuk Inten Luk 11 Kinatah Kamarogan Tangguh Mataram

Rp0

Stok habis

Deskripsi

Keris Nogo Sosro Sabuk Inten Luk 11 Kinatah Kamarogan Tangguh Mataram

Tentang Sejarah Asal-Usul Keris Nogo Sosro

Asal usul Keris Nogo sosro, diriwayatkan keris No­go sosro dibuat oleh Empu Supo Mandrangi, yang hidup pada zaman kerajaan Majapahit. Tetapi versi lain menyebutkan bahwa pusaka ini, sesuai dengan namanya, tercipta dari lidah sesosok makhluk berbentuk ular naga yang sangat sakti. Namanya, No­go sosro.

Alkisah, Pada zaman dahulu, seorang lelaki sakti mandraguna bernama Manggir terbang menggunakan selembar tikar permadani meninggalkan tanah kelahirannya dari Baqhdad. Dia berniat melakukan perjalanan menuju sebuah pulau yang terbuat dari reruntuhan gunung Himalaya dan ber­bentuk seperti naga. Pulau tersebut tak lain dan tak bukan adalah pulau Jawa.

Kedatangan Manggir di pulau Jawa bersamaan dengan turunnya patung Al-Atha dari India. Kedatangan patung ini diiringi awan kemupus dan kelompok orang yang memujanya. Dan bersamaan pula dengan itu, terjadi peristiwa alam yaitu gerhana matahari total.

Setelah beberapa lama tinggal di pulau Jawa, Manggir dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa di tempat yang baru ini terdapat banyak sekali gunung berapi, yang kapan saja bisa meletus dan membinasakan penduduknya. Karena itulah Manggir bermaksud untuk melakukan tapa brata, de­ngan tujuan mendinginkan gunung berapi yang ada di pulau ini.

“Aku akan pergi ke salah satu gunung berapi di pulau ini untuk bertapa. Bila sekiranya ada keturunanku yang ingin bertemu, suruh dia mencariku ke sana,” pesan Manggir kepada Ratu Perangin angin, isterinya. Seorang pun tak ada yang mengetahui, di gunung berapi yang mana sebenarnya Manggir bertapa. Sebab di tanah Jawa ini, gu­nung berapi ada puluhan jumlahnya. Karena itu, hingga kini tetap misterius.

Dikisahkan, Manggir bertapa sampai ratusan tahun lamanva sampai mimpikan, dia dapat mengirimkan rohnya untuk sesekali menggauli isterinya, sehingga sua­tu ketika, Ratu Perangin-angin mengandung. “Jika suamiku menguasai gunung dan daratan, sedangkan aku penguasa Laut Selatan, semoga anakku berkuasa atas keduanya,” doa Ratu pada suatu hari sambil mengelus-elus perutnya yang sedang hamil besar.

Ketika lahir, ternyata anak yang dikandung Ratu bentuk fisiknya bak ular naga. Tak hanya itu, perkembangan tubuh si anak juga begitu cepat, sehingga dalam waktu yang relatif singkat telah menjelma menjadi seekor naga raksasa yang sangat ganas. Se­suai dengan keadaannya, si anak diberi nama Nogo sosro. Dikisahkan, apabila Nogo sosro berjalan atau merayap, maka langkahnya menggetarkan permukaan bumi dan mengakibatkan banyak gunung terancam meletus.

Sampailah pada suatu hari Nogo sosro bertanya kepada ibunya, “Hai lbuku, tunjukkan di mana gerangan ayahku berada? Mengapa aku tidak seperti manusia biasa, sehingga tak seorangpun makhluk yang mau bergaul denganku? Aku akan mencari ayah dan meminta padanya agar tubuhku dirubah seperti manusia biasa.”

Ratu Perangin-angin tak dapat menjawab, karena dia sendiri merasa bahwa hal itu di luar kehendak dirinya. Dia sendiri tak dapat menjelaskan di mana keberadaan ayah dari anaknya, sebab dia tak tahu di gunung mana suaminya bertapa. Karena jawaban sang ibu, akhirnya No­go sosro dengan membawa perasaan yang sangat pilu, pergi mencari ayahnya. Setelah sekian lama mencari, akhirnya dia mene­mukan ayah yang dicarinya di sebuah gu­nung berapi di tepi pantai.

Melihat sosok anaknya, Manggir terkejut bukan kepalang. Namun bersamaan de­ngan itu, tiba-tiba kini terbuka olehnya tentang siapa Ratu Perangin-angin sebenarnya. Wanita berparas jelita itu ternyata jelmaan dari Patung Al-Atha. Manggir baru menyadari bahwa telah mengambil langkah keliru, mencampurkan yang gaib dan yang kasar, dan yang putih dengan yang hitam. Dan yang terjadi kini adalah suatu ancaman baru bagi seluruh penduduk pulau Jawa di masa mendatang. Ya, Nogo sosro adalah sumber dari ancaman itu.

Karena merasa sangat malu, Manggir enggan mengakui Nogo sosro sebagai anaknya. Namun dia tidak secara terang-terangan menyatakan hal itu, melainkan dengan sebuah taktik. Disuruhnya Nogo ­sosro melilitkan tubuhnya ke sekeliling gu­nung tempatnya bertapa. Dengan pesan, apabila ekornya bisa menyentuh kepalanya, maka dia akan diakui sebagai anaknya. Kenyataannya, kepala dan ekor Nogo ­sosro tidak bisa saling menyentuh, meskipun sebahagian tubuhnya telah masuk ke dalam gunung karena kuatnya dia melilit.

Sambil menitikkan air mata, Nogosoro lalu menjulurkan lidahnya agar dapat mencapai ekor. Usahanya ini berhasil. Tetapi Manggir tidak bisa menerima kenyataan itu. Dia menganggap bahwa Nogo sosro te­lah berbuat curang. Manggir mencabut kerisnya, kemudian membabat lidah anaknya. Apa yang terjadi?

Sungguh luar biasa! Lidah Nogo sosro yang terputus mengeluarkan api seperti petir yang sangat dahsyat. Seketika Pulau Ja­wa bergoncang dengan hebatnya. Akibatnya, bagian timur pulau Jawa terputus-putus menjadi pulau-pulau kecil. Dan pulau Ja­wa yang tadinya berbentuk mirip seekor ular naga, kini berubah menjadi seperti harimau.

Seiring dengan itu, Nogo sosro yang sa­ngat terkejut dengan tindakan ayahnya yang telah memutuskan lidahnya, serta merta mencengkeram lereng gunung sekuat-kuatnya sambil menahan amarah dan rasa sakit. Akibatnya, gunung tempat Manggir melakukan tapabrata meletus de­ngan teramat dahsyat.

Begitu dahsyatnya letusan tersebut se­hingga seluruh puncak gunung serta dasarnya terlempar ke Laut Selatan, dan lubang bekasnya kemudian terisi air laut, membentuk sebuah teluk dengan kedalaman lebih dari 5 km. Teluk itu yang kemudian dikenal dengan nama Teluk Pelabuhan Ratu.

Sementara itu Manggir dan Nogo sosro, keduanya sempat terpental ke angkasa. Na­mun karena kesaktian mereka tak ada yang mengalami cidera walau sedikitpun. Meskipun demikian, karena mereka lebur bersama lahar dan batu, kini tubuh ayah dan anak itu berubah wujud secara total. Manggir rnenjel­ma menjadi patung batu, yang terkadang berpindah tempat dari satu gunung ke gunung yang lain.

Sementara itu, Nogososro yang tubuh­nya sangat besar dan panjang, menjadi naga batu yang terbentang hingga saat ini. Demikian pula tangannya yang menceng­keram gunung berapi tempat Manggir ber­tapa, sampai sekarang masih bisa dilihat.

Dengan adanya perubahan wujud terse­but, bahaya dari tangan kanan Nogososro memang telah berlalu. Tetapi bahaya dari li­dahnya yang terputus, masih mempengaruhi manusia sampai saat ini. Konon, lidah yang putus tersebut turun bersama petir Liwe Muser, tempat pertemuan lima buah sungai. Aki­batnya di tempat itu rnenjelma lubuk yang dalamnya mencapai lima batang bambu le­bih. Sementara tanah disekitar sungai rekah-rekah, membentuk lima buah goa.

Di tempat itulah lidah Nogo sosro ber­ubah menjadi sebilah keris berbentuk lidah naga, terbuat dari logam yang tidak dikenal oleh siapapun. Untuk mengamankan lidah Nogo sosro, Manggir yang masih bertapa di atas punggung anaknya yang telah men­jadi gunung batu di Pelabuhan Ratu, terus memanjatkan doa. Dia berharap selalu ada orang yang mengiring jalannya lidah ter­sebut. Dan dapat menghentikan akibat-akibat buruk yang ditimbulkannya. Kata seorang ahli supranatural, bila sua­tu saat kita melakukan rekreasi ke Pelabuh­an Ratu, jangan lupa memandang ke pun­cak gunung Jayanti. Katanya, itu sebenar­nya adalah kepala Nogo sosro.

– Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Nogo Sosro Sabuk Inten Luk 11
– Pamor (motif lipatan besi) : Wos Wutah
– Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Mataram
– Panjang Bilah : 34,5 cm
– Warangka : Gayaman Surakarta Kayu Kemuning
– Handle / Gagang : Kayu Kemuning
– Pendok : Blewah Sepuh Perak

Barang sama persis seperti foto.
garansi 1000% asli sepuh kuno

@pusaka_keris

Dimaharkan Keris Nogo Sosro Sabuk Inten Era Mataram Istimewa #viral #jualkeris #pusaka #fypシ #keris #kerisageman #bursakeris #pagelaranbudaya #keriskuno #art #pusakakeris #fyp #tiktok #tuahkeris

♬ Blender Lagu Viral – Rian DTM

Ulasan

Belum ada ulasan.

Jadilah yang pertama memberikan ulasan “Keris Nogo Sosro Sabuk Inten Luk 11 Kinatah Kamarogan Tangguh Mataram”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *