Deskripsi
Keris Sempono Luk 9 Pamor Janur Sinebit Era Blambangan
- Dhapur Keris (jenis bentuk keris) : Sempono Luk 9
- Pamor (motif lipatan besi) : Janur Sinebit (Langka)
- Tangguh (perkiraan masa pembuatan) : Blambangan
- Panjang Bilah : 34,5 cm
- Warangka : Ladrang Surakarta Kayu Cendana
- Handle / Gagang : Kayu Cendana
- Pendok : Bunton Templek Ukir Kuningan
- Mendak : Mrican
Dialih rawatkan (dimaharkan) sesuai dengan foto dan deskripsi yang tertera.
Keris Tangguh Blambangan – Tangguh Blambangan adalah salah satu tangguh legendaris yang jarang dijumpai dan terkenal dengan wasuhan pamor ngawat miring-nya. Kerajaan Blambangan adalah kerajaan yang berpusat di ujung paling timur pulau Jawa (Banyuwangi dan sekitarnya). Blambangan dianggap sebagai kerajaan bercorak Hindu terakhir di Pulau Jawa. Keris-keris tangguh Blambangan umumnya pasikutan-nya berkesan demes dan serasi, besinya keputihan, pamornya nggajih dan pandes. Ukuran bilahnya sedang, ujungnya tidak terlalu runcing. Gandik-nya pendek dan miring, gonjonya sebit rontal dengan sirah cecak pendek. Empu terkenal pada jaman Blambangan menurut Serat Panangguhing Dhuwung antara lain Empu Ki Mendung. Ki Tembarok, Ki Supagati, dan Empu Pangeran Pitrang.
Sejak kerajaan Majapahit runtuh pada tahun 1527, Blambangan berdiri sendiri, namun dalam kurun waktu dua abad lebih (antara tahun 1546-1764) menjadi rebutan kerajaan di sekitarnya. Antara lain kerajaan Demak dan Mataram di Jawa Tengah, juga kerajaan di Bali (Gelgel, Buleleng dan kemudian Kerajaan Mengwi) bergantian menyerang Blambangan.
Selama 42 tahun (1655 sampai 1697) terjadi 4 kali pemberontakan, dan 4 kali perpindahan ibukota. Kedudukan istana di Kedawung dipindahkan ke Bayu (1655), kemudian ke Macanputih dan akhirnya ke Kutalateng. Selanjutnya perang yang berkepanjangan mengakibatkan istana pindah lagi ke Ulupampang, dan akhirnya ke Banyuwangi pada tahun 1774.
Ulasan
Belum ada ulasan.